Pesona Danau Tempe di Wajo, Sulawesi Selatan -->



Pesona Danau Tempe di Wajo, Sulawesi Selatan

Tri Wulan Jaya Yonk
Jumat, 28 Oktober 2022


Beritajournalis.com, Wajo - Sulawesi selatan tak hentinya menawarkan keanekaragaman yang begitu mempesona, Salah satunya Danau Tempe yang berada di kabupaten Wajo.

Danau ini dianggap sebagai danau purba karena terbentuknya danau ini bersamaan dengan terbentuknya daratan Sulawesi yang berada diatas lempeng benua Australia dan Asia. 

Luasnya sekitar 350 km2 dengan kedalaman 5 m (16 ft) yang menjadikannya sebagai danau terluas kedua di Sulawesi. Danau ini juga memiliki beragama spesies ikan air Tawar yang jarang ditemui ditempat lain.

Danau Tempe merupakan danau banjiran yang dapat berubah bentang alamnya menurut musim.Saat musim penghujan,Danau Tempe dapat mencapai luas 26 ribu hektar,bahkan bisa mencapai 47 ribu hektar jika terjadi hujan terus menerus.Saat musim kemarau Kompleks Danau Tempe akan terbagi menjadi tiga danau yaitu,Danau Tempe, Danau Sidenreng, Danau Lapompaka.

Danau Tempe tidak memiliki Kawasan hutan.Hutan hanya dapat ditemui pada daratan antara Danau Tempe dan Danau Sidenreng yang berupa hutan rawang Penduduk Asli yang menghuni sekitar Danau Tempe adalah masyarakat beretnis Bugis dan beragama Islam. 

Dalam kesehariannya, Sebagian besar penduduk berkerja sebagai nelayan sehingga lebih banyak menjalankan aktivitas diatas permukaan danau dari pada di daratan.Biasanya mereka Kembali ke daratan pada kamis malam hingga jum’at siang saja.Karena hal ini,merupakan aturan adat yang bertujuan untuk menjaga kelestarian danau.

Penduduk sekitar Danau Tempe memiliki dua rumah,satu rumah di daratan dan satu rumah apung di permukaan danau.Pada saat kondisi danau surut,masyarakat setempat akan kembali berprofesi sebagai petani dan kembali tinggal dirumahnya di daratan.

Uniknya terdapat upacara yang di namakan Maccera’ Tappareng,ini sebenarnya adalah festival tahunan untuk menyucikan Danau Tempe,sebagai wujud tolak bala serta rasa syukur atas hasil danau.Upacara ini diawali dengan menyembelih kepala kerbau (ulu tedong) dan dilanjutkan makan Bersama.

Setelah itu,dilanjutkan dengan Mappalari lopi’ (lomba dayung perahu),karnaval perahu,lomba permainan rakyat,pergelaran music tradisional,dan tari bissu.Selain itu juga ada upacara lain yang dilaksanakan secara individu jika seorang penduduk memiliki mesin/perahu baru atau pertama kali turun ke danau.

Penulis : Hilda Amalia